Membaca tulisan yang runtut dan mudah dipahami membuat pembaca merasa nyaman dan betah hingga akhir bacaan. Namun, hal ini bukan semata pilihan kata yang baik atau kalimat yang benar secara tata bahasa. Teks yang enak dibaca memiliki satu unsur penting yang kerap luput dari perhatian, yaitu koherensi. Tanpa koherensi, tulisan sebaik apa pun secara tata bahasa bisa terasa membingungkan karena alur yang tidak tersusun dengan logis.
Apa Itu Koherensi?
Koherensi adalah hubungan makna yang terjalin secara logis dan konsisten antara satu bagian teks dengan bagian lainnya. Di dalam konteks penulisan akademik, hal ini berperan besar menjaga alur ide penulis agar tetap utuh dari awal hingga akhir paragraf. Artinya, setiap kalimat dan paragraf tidak hanya harus tersusun secara gramatikal, tetapi juga harus mendukung gagasan utama secara masuk akal dan terarah.
Koherensi bersifat konseptual dan bukan hanya soal penggunaan kata penghubung atau struktur kalimat. Teks yang koheren memperlihatkan kesinambungan logika yang dapat diikuti oleh pembaca. Misalnya, ide yang diperkenalkan di awal paragraf harus dikembangkan secara bertahap dan relevan, tidak melompat ke topik yang tidak berkaitan. Ini bertujuan memastikan pembaca dapat menangkap maksud penulis tanpa harus menebak-nebak alur pikirannya.
Penulisan yang koheren menunjukkan bahwa penulis mampu menyampaikan gagasan secara jelas.
Selain koherensi, ada juga kohesi. Ini Pengertian, Jenis, dan Contoh Kohesi.
Contoh Koherensi
Agar lebih mudah dipahami, perhatikan dua contoh berikut. Keduanya menggunakan struktur kalimat yang benar, tetapi hanya satu yang memiliki koherensi yang baik.
Contoh teks dengan koherensi:
“Pendidikan karakter menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan saat ini. Banyak sekolah mulai mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam kurikulum mereka. Upaya ini dilakukan agar peserta didik tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki kepribadian yang baik.”
Di dalam kutipan tersebut, setiap kalimat memiliki keterkaitan makna. Gagasan tentang pendidikan karakter dikembangkan secara logis, dari isu utama, upaya yang dilakukan, hingga tujuan yang ingin dicapai. Ini mencerminkan koherensi yang kuat.
Contoh teks tanpa koherensi:
“Pendidikan karakter menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan. Banyak siswa menyukai mata pelajaran matematika. Sekolah-sekolah kini berlomba menerapkan teknologi digital.”
Meski tidak ada kesalahan tata bahasa, alur gagasan dalam contoh di atas tidak koheren. Kalimat kedua dan ketiga tidak mendukung gagasan awal mengenai pendidikan karakter. Akibatnya, pembaca akan kesulitan memahami tulisan karena kehilangan konteks.
Artinya, koherensi bukan sekadar soal menulis kalimat yang benar secara tata bahasa, tetapi lebih pada bagaimana menyusun ide secara logis dan saling terkait. Tulisan yang koheren bisa memperkuat argumen, serta mencerminkan kemampuan berpikir kritis penulisnya. Hal itu tentu menjadi kunci dalam penulisan akademik.
Dapatkan lebih banyak artikel, tips penelitian, dan informasi menarik lainnya di Instagram @ebizmark.id. Jangan lewatkan pula berbagai Kelas Gratis mengenai penelitian yang bisa diikuti hanya di Ebizmark.id!