Apa Itu Skala Likert? Pengertian, Tujuan, Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Apa Itu Skala Likert? Pengertian, Tujuan, Serta Kelebihan dan Kekurangannya

Pernahkah Anda menjumpai fenomena sosial dan berpikir untuk menghitungnya? Misalnya, tingkat kepuasan mahasiswa terhadap kualitas pembelajaran atau seberapa besar pengaruh media sosial terhadap pola konsumsi remaja? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini membutuhkan pendekatan pengukuran yang tidak hanya objektif, tetapi juga mampu menangkap persepsi subjektif responden secara sistematis. Salah satu alat yang umum digunakan dalam penelitian untuk keperluan tersebut adalah skala Likert.

Apa Itu Skala Likert?

Skala Likert dikenal luas dalam penelitian kuantitatif, terutama yang menyangkut aspek sikap, opini, dan persepsi individu terhadap suatu pernyataan atau objek. Sugiyono (2006) menjelaskan bahwa skala likert merupakan skala yang digunakan untuk keperluan dalam mengukur sikap, pendapat dan persepsi individu ataupun kelompok terhadap sebuah fenomena sosial yang sedang terjadi. Hal ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data dalam bentuk angka yang dapat dianalisis secara statistik. 

Instrumen pengukuran ini biasanya digunakan untuk menilai sikap, pendapat, atau persepsi seseorang terhadap suatu pernyataan. Skala ini pertama kali diperkenalkan oleh Rensis Likert pada tahun 1930-an dan sejak itu menjadi salah satu metode paling populer dalam survei sosial dan pendidikan. Biasanya, responden diminta untuk menunjukkan tingkat persetujuan mereka terhadap pernyataan tertentu menggunakan pilihan yang berjenjang, seperti “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Netral”, “Tidak Setuju”, hingga “Sangat Tidak Setuju”.

Penggunaan skala Likert membantu peneliti mengubah sikap kualitatif menjadi data kuantitatif yang dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut. Format skala bisa beragam, tergantung kebutuhan penelitian. Beberapa versi menggunakan angka (misalnya 1 sampai 5) yang mewakili level tertentu dari suatu sikap atau preferensi. Instrumen ini bersifat fleksibel dan mudah digunakan sehingga sering dijadikan pilihan utama dalam banyak jenis survei.

Meskipun identik dengan angka, instrumen ini juga bisa digunakan dalam penelitian kualitatif, terutama sebagai bagian dari mixed methods (metode campuran). Di sini, hasil dari Skala Likert digunakan sebagai ‘gerbang’ untuk memahami lebih dalam sikap atau pengalaman responden.

Penting dicatat bahwa skala Likert bukan sekadar daftar pilihan jawaban, melainkan bagian dari instrumen yang harus disusun secara hati-hati agar hasilnya valid dan reliabel. Pernyataan dalam skala Likert harus dirancang sedemikian rupa agar mampu memancing respons yang mencerminkan sikap atau pandangan aktual responden.

Tujuan Menggunakan Skala Likert

Penggunaan skala Likert bertujuan untuk mengukur secara sistematis pendapat, sikap, atau persepsi seseorang terhadap suatu objek atau isu tertentu. Melalui pengukuran ini, peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih konkret mengenai tingkat kecenderungan atau preferensi responden terhadap suatu pernyataan atau objek. Tujuan utamanya adalah mengubah variabel yang semula bersifat abstrak menjadi data terukur.

Skala Likert juga bertujuan menyederhanakan proses pengambilan data, terutama pada penelitian berskala besar. Dibandingkan wawancara terbuka atau angket esai, skala ini jauh lebih praktis, efisien, dan mudah dikodekan. 

Hasil yang diperoleh bisa lebih mudah diolah dengan bantuan alat statistik. Pengolahan ini bisa dilakukan secara deskriptif (misalnya: menghitung rata-rata, median, persentase) untuk menggambarkan data apa adanya, maupun inferensial, yaitu untuk membuat kesimpulan, generalisasi, atau pengujian hipotesis tentang suatu populasi berdasarkan data yang dikumpulkan dari sampel.

Selain itu, skala ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis komparatif dan evaluasi perubahan sikap dari waktu ke waktu. Misalnya, ketika digunakan pada dua kelompok responden yang berbeda atau sebelum dan sesudah intervensi tertentu. Dengan demikian, skala Likert tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga memberi nilai tambah analitis terhadap hasil penelitian.

Kelebihan dan Kekurangannya

Skala Likert memiliki berbagai kelebihan yang menjadikannya populer di kalangan peneliti. Pertama, skala ini mudah digunakan baik oleh peneliti maupun responden. Formatnya yang sederhana membuat proses pengisian angket lebih cepat dan tidak membingungkan. Kedua, efisien dalam pengumpulan data skala besar karena memungkinkan peneliti mengukur berbagai indikator sikap hanya dalam satu instrumen. Ketiga, memungkinkan analisis statistik kuantitatif, seperti perhitungan skor rata-rata, standar deviasi, hingga uji hipotesis.

Selain itu, skala ini bersifat fleksibel, dapat digunakan pada berbagai topik dan disesuaikan dengan konteks penelitian. Namun, instrumen ini juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah bias subjektif dari responden.

Beberapa responden tidak menjawab dengan jujur sesuai keyakinan atau pendapat pribadinya, melainkan memberikan jawaban yang dianggap baik, diterima, atau sesuai norma sosial. Mereka memilih jawaban yang “dianggap ideal” oleh masyarakat agar terlihat baik atau tidak menyinggung norma, bukan berdasarkan pandangan pribadi (bias sosial-desirability).

Kekurangan lain adalah terbatasnya kedalaman informasi. Skala Likert tidak memberikan ruang untuk penjelasan detail atau alasan di balik pilihan jawaban responden. Oleh karena itu, skala ini kurang cocok jika peneliti ingin mengeksplorasi alasan atau motivasi di balik sikap tertentu. Pada kasus seperti ini, sebaiknya kombinasikan dengan metode lain seperti wawancara atau angket terbuka.

Sudah punya data hasil angket Skala Likert, tapi bingung cara mengolahnya? Tenang, MyData siap bantu kamu mengubah angka-angka itu jadi temuan penelitian yang bermakna.

Dengan dukungan Tim Ahli Ebizmark, proses analisis data jadi lebih tepat, akurat, dan tepercaya!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Please enable JavaScript in your browser to complete this form.