Sebelum melakukan submit karya tulis ilmiah, baik untuk keperluan sehari-hari seperti submit tugas kuliah, submit skripsi, tesis, disertasi, dan artikel pada sebuah jurnal, sebaiknya kita pastikan terlebih dahulu tingkat similaritas karya kita dengan karya orang lain. Ini dapat memudahkan karya tulis kita diterima oleh kampus kita bernaung dan bahkan jurnal bereputasi. Berikut cara cek plagiasi dan beberapa platform pengecek tingkat similaritas dan plagiarisme.

1. Turnitin
Turnitin adalah platform pengecek plagiasi melalui tingkat similaritas yang paling banyak digunakan oleh perguruan tinggi. Hampir seluruh perguruan tinggi negeri menggunakan layanan Turnitin untuk mengecek similaritas. Hasil cek Turnitin juga banyak digunakan sebagai syarat untuk menempuh sidang akhir sarjana di banyak perguruan tinggi, salah satunya di Unpad. Hal ini dilakukan agar menjamin originalitas karya tulis yang dibuat. Perguruan tinggi biasa menyediakan layanan cek Turnitin untuk mahasiswanya secara gratis melalui perpustakaan. Meski begitu masih banyak juga perguruan tinggi yang belum menyediakan layanan ini karena tarif langganannya mencapai ratusan juta.
2. Quetext
Apabila kita tidak memiliki akses terhadap layanan Turnitin, maka Quetext bisa menjadi alternatif. Quetext adalah platform cek similaritas yang dapat digunakan secara gratis. Pengguna hanya perlu mengakses situs web Quetext lalu mengetikkan atau menyalin dan tempelkan teks yang ingin dicek tingkat plagiasinya. Setelah memasukkan teks, kita bisa klik ikon “CHECK FOR PLAGIARISM” tunggu beberapa saat, hasilnya kita bisa lihat di bagian kanan teks. Jika tidak ada plagiarisme maka akan muncul keterangan “No plagiarism detected.” Namun apabila ada similaritas, maka akan muncul angka dalam bentuk persentase, berapa persen tingkat similaritas teks yang kita input.
3. Copyleaks
Platform lain yang banyak direkomendasikan untuk cek plagiasi adalah Copyleaks. Copyleaks adalah salah satu aplikasi yang hampir mirip dengan Turnitin. Setelah mengunggah file yang akan dicek plagasinya, kita dapat melakukan pengaturan untuk bagian apa saja yang di exclude-kan dari pengecekan. Contohnya, bagian referensi atau daftar pustaka kita bisa filter untuk tidak dideteksi sebagai similar atau plagiasi, karena merupakan daftar rujukan. Di Copyleaks kita juga bisa mengaktifkan Detect AI dimana bisa kita ketahui apakah teks yang diinput hasil generate dari aplikasi AI seperti Chat GPT atau bukan. Kita juga harus memastikan bahasa yang digunakan ketika hendak klik scan.
4. Duplichecker
Duplichecker menjadi pilihan lain untuk mengecek plagiasi secara gratis. Kita juga bisa mengeek plagiasi dengan URL apabila teks yang hendak dicek adalah dokumen pada cloud storage seperti Google Drive. Hasil cek Duplichecker berupa persentase yang terbagi menjadi dua yaitu tingkat plagiarism dan unique. Hasilnya juga bisa didapat dengan bentuk PDF.
Keempat platform tersebut bisa kita manfaatkan untuk mengecek tingkat similaritas antara hasil karya kita dengan yang sudah ada di internet. Untuk mendapatkan hasil similaritas dengan persentase kecil di bawah 25% seperti standar yang biasa digunakan, bahkan bisa mencapai 0%, pencantuman sitasi dan daftar pustaka harus sesuai kaidah. Kutipan yang digunakan sebisa mungkin sudah diparafrase. Penggunaan aplikasi seperti Mendeley dan Zotero sangat disarankan, karena ketika kita memasukkan kutipan dan sitasi oleh pengecek plagiasi algoritmanya akan terbaca sebagai kutipan dan tidak akan terkena persentase plagiasi. Dengan demikian kita pun memberikan kredit sitasi pada penulis dan karya yang kita kutip.Untuk menulis karya ilmiah dengan lebih baik, kita bisa bergabung pada program pelatihan yang disediakan oleh Ebizmark. Informasi lebih up to date dapat diakses melalui Instagram @.