
Data penelitian adalah aspek penting dalam sebuah penelitian. Penelitian yang baik ditentukan oleh kualitas datanya. Lalu, bagaimana mengumpulkan data yang memiliki kualitas baik? Jawabannya adalah instrumen penelitian. Artikel ini akan membahas mengenai persiapan instrumen dalam menyusun penelitian.
Apa Itu Instrumen Penelitian?
Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat atau perangkat yang dijadikan standar atau pedoman oleh peneliti sebelum atau sesaat mengumpulkan data. Sebagai alat pengumpul data tentu instrumen ini beragam bentuknya seperti pedoman wawancara, kuesioner, lembar tes, pedoman observasi, human instrument (peneliti sebagai instrumen), dan bentuk lainnya.
Fungsi Instrumen Penelitian
Fungsi instrumen penelitian yang perlu diketahui agar seorang peneliti atau pemula dalam dunia pendidikan terapan adalah sebagai pengukur nilai setiap variabel yang akan atau sedang diteliti. Oleh karena itu, jika Anda melalukan sebuah penelitian dengan mengangkat tiga variabel maka jumlah instrumen yang digunakan harus berjumlah 3 untuk menilai tiap-tiap variabelnya. Kemudian yang perlu diketahui bahwa peneliti dapat langsung menggunakan instrumen penelitian yang telah dibakukan maupun mengembangkannya dengan melakukan modifikasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Cara Menyusun Instrumen Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa instrumen penelitian dapat menggunakan instrumen yang telah dibakukan atau modifikasi. Dua hal ini perlu dipahami oleh peneliti mengingat instrumen yang telah dibakukan telah melalui proses validasi yang baik hingga dibuktikan keakuratannya di beberapa kali penelitian. Kemudian timbul pertanyaan, mengapa kita memerlukan upaya modifikasi instrumen lalu apa batasan-batasannya?
Jawabannya adalah kadang kala instrumen yang sudah baku sulit untuk ditemukan dengan berbagai kondisi (seperti penelitian bidang sosial, hak cipta, perijinan, atau ketidaksesuaian instrumen dengan kondisi lapangan) atau juga proses modifikasi instrumen ini berguna untuk pembelajaran agar mahasiswa atau peneliti pemula dalam memilih/menyusun instrumen yang baik.
1. Menentukan Variabel Instrumen Penelitian
Hal pertama yang perlu dipahami adalah variabel-variabel yang dikembangkan dalam instrumen penelitian bertujuan untuk diteliti dan diukur.
- Pada tahap ini peneliti dapat menentukan batasan dalam pembuatan instrumen dengan mendefinisikan indikator apa saya yang akan diukur dalam definisi operasional.
- Dari setiap indikator kembangkan pertanyaan atau pernyataan yang dianggap “penting” untuk diukur atau diketahui kebenarannya.
- Untuk memudahkan pengembangan pertanyaan atau pernyataan, maka disarankan peneliti untuk membuat “matriks pengembangan instrumen” atau “pengembangan kisi-kisi indikator”. Pembuatan matriks pengembangan instrumen digunakan ketika variabel penelitian lebih dari satu. Perhatikan tabel berikut contoh pengembangan matriks pengembangan instrumen ketahanan wisata.
(Ketahanan wisata terdiri dari dua variabel utama yakni risiko bencana dan pariwisata berkelanjutan)
Matriks Indikator | Indikator Wisata Berkelanjutan | ||
Indikator Risiko bencana | Lingkungan | Ekonomi | Sosial-Masyarakat |
Ancaman Bencana | Apakah ancaman bencana alam mempengaruhi keberlanjutan lingkungan wisata? | Apakah ancaman bencana alam mempengaruhi keberlanjutan ekonomi pelaku wisata? | Apakah ancaman bencana alam memberikan pengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan wisata? |
Kerentanan Bencana | Berapakah nilai kerentanan lingkungan wisata A terhadap bencana alam? | ||
Kapasitas Bencana | Bagaimana lingkungan dikelola agar memiliki ketahanan terhadap bencana alam? | ||
Nilai Risiko bencana | – Berapakah nilai risiko bencana di kawasan wisata A? – Bagaimana proyeksi pengembangan kawasan wisata untuk menghadapi risiko bencana di kemudian hari? |
2. Membuat Pedoman dari Matriks Penelitian
Contoh matriks tersebut kemudian digunakan sebagai pedoman pengukuran atau pedoman analisis hasil penelitian. Jika posisinya dalam penelitian kuantitatif maka siapkan tolak ukur yang sudah baku atau pengembangan menjadi skala pengukuran. Skala pengukuran yang umum digunakan adalah skala likert yang bertingkat. Tingkatannya sendiri adalah rendah, sedang, dan tinggi atau tidak sesuai, cukup sesuai, sesuai, dan sangat sesuai. Skala tersebut ditunjukkan dalam bentuk angka-angka (1, 2, 3, 4) agar dapat diukur.
Namun, jika matriks yang dikembangkan untuk penelitian kualitatif, maka masing-masing indikator yang telah dikembangkan hanya menjadi pegangan peneliti atau pedoman wawancara. Hal ini dikarenakan penelitian kualitatif tidak terbatas pada skala namun bertujuan untuk menemukan pola. Dengan demikian batasan dari pengembangan instrumen yang dilakukan oleh peneliti terhenti saat data telah jenuh. Lalu, bagaimana menentukan instrumen yang sesuai dengan kebutuhan penelitian? Jawabannya adalah menyesuaikan metode yang akan digunakan akankah menggunakan metode kuantitatif, kualitatif, ataupun campuran (mix method).
Instrumen Penelitian Dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif tentu Anda sangat lekat dengan metode yang memiliki standar acuan saat awal penelitian. Bahkan ketersediaan dan kesesuaian instrumen yang digunakan menjadi unsur penting proposal penelitian Anda layak atau tidak untuk dilanjutkan. Oleh karena itu, kualitas instrumen penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif perlu diukur validitas dan reliabilitas.
Validitas Instrumen Penelitian
Validitas berarti alat ukur atau instrumen yang digunakan telah teruji kepastiannya untuk digunakan dalam mengukur apa yang memang seharusnya diukur. Untuk mengetahui nilai validitas, berikut beberapa uji validitas yang dapat dilakukan sebelum instrumen dinyatakan valid atau tidak.
- Pengujian Validitas Konstrak (construct validity), uji ini merupakan hasil pendapat oleh para ahli dibidangnya atau dikenal dengan istilah (judgment expert). Proses kerjanya adalah diawali dengan kita memasukkan segala indikator yang menjadi dasar pengukuran kemudian diserahkan pada seseorang yang ahli dibidangnya (sesuai bukti kemampuannya dalam penelitian di lapangan ataupun teori). Melalui penilaian ahli (disarankan minimal 3 orang), instrumen yang kita gunakan dapat dikoreksi sehingga dapat dinyatakan valid tanpa perbaikan, memerlukan perbaikan, atau perlu membuat ulang. Setelah dinyatakan valid, maka instrumen yang kita miliki ujikan kembali dalam kelompok kecil atau sampel (30 orang) dengan melihat korelasi antar jawaban individu.
- Pengujian Validitas Isi (content validity), adalah uji instrumen yang direkomendasikan pada instrumen yang berbentuk test. Pengujian ini secara teknis telah kita pahami sebelumnya yakni terkait dengan “matrik pengembangan instrumen”. Pengujian validitas dari matriks sebelumnya telah cukup karena tujuan pengujian validitas isi adalah membandingkan antara instrumen pertanyaan dengan rancangan variabel yang telah ditentukan.
- Pengujian Validitas Eksternal, validitas eksternal adalah instrumen yang diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria di instrumen dengan fakta-fakta empiris yang ada di lapangan. Sehingga validitas ini lebih bebas dari pada uji validitas sebelumnya.
Reliabilitas Instrumen Penelitian
Dalam instrumen penelitian uji reliabel digunakan untuk mengukur berkali-kali untuk menghasilkan data yang konsisten. Uji ini dalam artian ketika digunakan terus-menerus masih menghasilkan hasil yang sama. Jika dijabarkan secara eksternal reliabilitas dapat dilakukan dengan test-retest, equivalent, dan gabungan keduanya.
- Test-retest, uji ini dilakukan dengan mencobakan instrumen yang telah valid berkali kali kepada instrumen yang sama, responden yang sama, jumlah yang sama, namun di waktu yang berbeda. Tujuannya adalah agar instrumen memiliki koefisien positif dan signifikan sehingga dapat dikatakan stabil.
- Ekuivalen, instrumen ini dilakukan dengan menggunakan bahasa yang berbeda di pertanyaannya namun dengan maksud yang sama. Sebagai tips uji ini dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan namun dengan memberi dua instrumen yang berbeda bahasanya. Jika jawaban yang diberikan memiliki koefisien korelasi yang serupa maka dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan reliabel.
- Gabungan, uji reliabilitas ini dilakukan dengan memberikan dua instrumen yang telah terbukti equivalent pada responden yang sama secara berkali-kali. Tahap akhir dari uji gabungan ini adalah korelasi secara silang apakah instrumen masih memiliki korelasi positif maka dapat dipastikan reliabilitas dari instrumen sangat efektif.

Instrumen Penelitian dalam Penelitian Kualitatif
Pada penelitian kualitatif berbeda sekali dengan metode kuantitatif terutama dalam hal instrumen penelitian. Jika Anda berencana melakukan penelitian kualitatif maka Anda dapat memulai kegiatan pengumpulan data meskipun segala sesuatu yang dicari masih belum jelas mulai dari objek maupun titik permasalahannya. Oleh karena itu, dalam metode penelitian ini peneliti memiliki peran yang signifikan sebagai instrumen kunci (berhak membuat dan mengembangkan pertanyaan secara terus menerus). Namun, ketika permasalahan telah ditemukan, maka instrumen yang digunakan harus terus diperkuat dengan berbagai temuan atau fakta lapangan.
Dalam pengembangan instrumen, metode penelitian kualitatif dibatasi hanya pada persiapan pedoman wawancara. Sehingga dalam proses pengumpulan data di lapangan, peneliti dapat terus mengembangkannya. Pembatasnya adalah ketika variabel utama yang dijadikan sebagai subjek penelitian telah memenuhi atau terbentuk pola yang relatif sama. Hal ini menjadi penyebab mengapa seringkali penelitian kualitatif tidak memerlukan responden yang besar.
Pengumpulan data kualitatif ada teknik yang sangat terkenal atau sering dilakukan yakni teknik penentuan responden secara purposive dan teknik triangulasi. Teknik purposive merupakan teknik penentuan siapakah yang akan menjadi responden dengan syarat siapa yang paling mengetahui fenomena/tema yang bersangkutan. Contoh jika Anda akan meneliti terkait perkembangan dan efektivitas kurikulum merdeka maka responden yang paling tepat adalah Waka Kurikulum, Guru Penggerak, Siswa, maupun dinas pendidikan. Sedangkan untuk teknik triangulasi terdiri dari tiga bagian pengumpulan data yang didasarkan pada kegiatan observasi parsipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi (Sugiyono, 2020).
Ebizmark merupan platform pelatihan untuk para dosen, guru, peneliti, dan mahasiswa pada bidang penelitian, penulisan, dan olah data. Kunjungi web ebizmark.id untuk melihat kelas yang tersedia.
Follow Juga Instagram Ebizmark untuk mendapatkan informasi tentang program dan kelas ebizmark.

Editor: Moch. Ricky Novarismansyah
Pingback: Mengenal Metode Penelitian Studi Kasus - Ebizmark Blog