Ketika membaca sebuah buku, opini, hingga artikel ilmiah, pernahkah Anda merasa isi tulisannya runtut dan mudah dipahami, seolah setiap kalimat saling terhubung secara alami? Ternyata hal ini tidak terjadi begitu saja. Terdapat dua elemen penting, yaitu kohesi dan koherensi. Keduanya berperan besar membuat pembaca nyaman dan mudah menerma informasi. Meski terdengar mirip dan sering dianggap sama, keduanya memiliki fungsi dan karakteristik berbeda dalam membangun teks yang efektif. Lalu, apa perbedaan kohesi dan koherensi?
Perbedaan Kohesi dan Koherensi
Kohesi dan koherensi merupakan dua konsep yang berperan penting terhadap keterpaduan teks, tetapi berasal dari pendekatan yang berbeda. Kohesi merujuk pada keterkaitan unsur kebahasaan secara formal, seperti penggunaan konjungsi, pronomina, pengulangan kata, atau sinonim yang mengikat kalimat dan paragraf. Hubungan ini bersifat struktural, artinya terlihat dari cara penulis menggunakan kata-kata atau tanda-tanda bahasa tertentu yang bisa langsung dikenali, seperti kata sambung atau kata ganti.
Sementara itu, koherensi berkaitan dengan hubungan makna antarbagian teks. Koherensi tidak selalu terlihat dari permukaan bahasa, tetapi terasa melalui kesatuan ide dan logika yang mendasari alur pemikiran. Sebuah teks bisa saja memiliki kohesi yang baik secara gramatikal, tetapi tidak koheren apabila susunan gagasannya tidak logis atau melompat-lompat.
Perbedaan utama keduanya terletak pada sisi teknis dan konseptual. Kohesi fokus pada struktur bahasa, sedangkan koherensi menekankan konsistensi dan kelogisan makna. Dengan kata lain, kohesi adalah aspek formal teks, sedangkan koherensi adalah aspek konseptualnya. Untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas, penulis harus memperhatikan keduanya secara seimbang.
Untuk lebih jelas, Ini Pengertian, Jenis, dan Contoh Kohesi
Contoh Perbedaan Kohesi dan Koherensi
Agar lebih jelas, mari lihat contoh berikut:
“Mahasiswa perlu memahami teknik penulisan yang baik. Hal ini penting untuk meningkatkan kualitas skripsi. Dengan keterampilan menulis yang mumpuni, mahasiswa dapat menyampaikan argumen secara jelas dan terstruktur.”
Contoh di atas menunjukkan kohesi melalui penggunaan pronomina hal ini dan pengulangan tema sentral mahasiswa serta menulis. Struktur kalimat saling terikat secara gramatikal, yang menandakan adanya kohesi. Selain itu, urutan gagasannya juga logis: dari pentingnya pemahaman, tujuan peningkatan kualitas skripsi, hingga hasil dari keterampilan menulis. Ini mencerminkan adanya koherensi.
Sebaliknya, perhatikan contoh lain:
“Mahasiswa perlu memahami teknik penulisan yang baik. Laptop baru lebih cepat saat digunakan. Dengan keterampilan menulis yang mumpuni, mahasiswa dapat menyampaikan argumen secara jelas dan terstruktur.”
Kalimat kedua tampak tidak berhubungan dengan ide sebelumnya. Meskipun kata-katanya tersusun dengan benar dan tidak ada kesalahan tata bahasa, hubungan antaride tidak terbentuk secara logis. Ini menunjukkan bahwa kohesi mungkin tetap ada secara linguistik, tetapi koherensinya terganggu karena tidak ada keterkaitan makna yang mendalam.
Dapatkan lebih banyak artikel, tips penelitian, dan informasi menarik lainnya di Instagram @ebizmark.id. Jangan lewatkan pula berbagai Kelas Gratis mengenai penelitian yang bisa diikuti hanya di Ebizmark.id!