Selain Tut Wuri Handayani, Ini 2 Semboyan Pendidikan Indonesia

Selain Tut Wuri Handayani, Ini 2 Semboyan Pendidikan Indonesia

Tut Wuri Handayani merupakan salah satu semboyan yang sering terpampang di dinding ruang kelas atau halaman depan institusi pendidikan. Semboyan ini bukan hanya hiasan simbolik, melainkan mengandung nilai filosofis mendalam mengenai hakikat dalam mendidik.

Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pelopor pendidikan Indonesia, merumuskan semboyan utama yang menjadi pedoman etis dan praktis dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Ketiga bagian utama dari semboyan pendidikan, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut tidak lahir begitu saja, tetapi merupakan hasil refleksi mendalam atas berbagai hal, seperti kebutuhan bangs, dan harapan terhadap generasi masa depan.

Ing Ngarso Sung Tulodo

Semboyan pertama ini secara harfiah berarti “di depan memberi teladan”. Filosofi ini menekankan bahwa seorang pendidik atau pemimpin ideal harus mampu menjadi contoh yang baik ketika berada di garis terdepan. Keteladanan tidak hanya dilihat dari aspek pengetahuan, tetapi juga sikap, nilai, dan integritas moral.

Bagi dosen dan guru, prinsip ini sangat relevan karena peserta didik sering kali lebih meniru tindakan nyata daripada sekadar mendengar teori. Oleh karena itu, menjadi teladan bukanlah peran simbolik, melainkan tanggung jawab penuh yang harus dijalani secara konsisten. Melalui perilaku sehari-hari, seorang pendidik dapat membentuk karakter peserta didik tanpa harus memberi perintah yang bersifat menggurui.

Ing Madyo Mangun Karso

Ing Madyo Mangun Karso bermakna “di tengah membangun kemauan”. Pada konteks pendidikan, semboyan ini menekankan pentingnya peran aktif seorang pendidik ketika berada di antara peserta didik. Pendidik tidak boleh menjaga jarak, melainkan hadir sebagai fasilitator, motivator, dan pembina semangat belajar.

Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang membangun partisipasi dan dialog dua arah antara pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu, dosen dan guru perlu menciptakan lingkungan pembelajaran yang terbuka, komunikatif, dan membangkitkan rasa ingin tahu. Semboyan ini juga menunjukkan bahwa pendidikan bukan proses satu arah, melainkan usaha bersama yang membutuhkan keterlibatan aktif semua pihak.

Tut Wuri Handayani

Kalimat ini memiliki arti “di belakang memberi dorongan”. Filosofi ini menempatkan pendidik sebagai pendukung yang memberikan kepercayaan dan kebebasan kepada peserta didik untuk berkembang. Posisi “di belakang” bukan berarti pasif, melainkan strategis: memberikan ruang bagi peserta didik untuk tumbuh, sambil tetap memberikan arahan yang diperlukan.

Pada era pendidikan modern yang menekankan kemandirian dan pembelajaran sepanjang hayat, prinsip Tut Wuri Handayani sangat relevan. Dosen dan guru perlu memberikan otonomi kepada mahasiswa, tetapi tetap hadir sebagai sumber inspirasi, bimbingan, dan dukungan moral. Dengan begitu, peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara maksimal tanpa merasa dikekang atau diarahkan secara kaku.

Untuk lebih lengkapnya, mari Melihat Kembali Sejarah Hari Pendidikan yang Diperingati Setiap 2 Mei

Ketiga semboyan pendidikan ini saling melengkapi dan membentuk kerangka etis yang kuat bagi praktik pendidikan di Indonesia. Semangat Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani merupakan warisan yang harus terus dijaga agar pendidikan Indonesia semakin bertumbuh menjadi lebih baik.

Dapatkan lebih banyak artikel, tips penelitian, dan informasi menarik lainnya di Instagram @ebizmark.id. Jangan lewatkan pula berbagai Kelas Gratis mengenai penelitian yang bisa diikuti hanya di Ebizmark.id!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top
Please enable JavaScript in your browser to complete this form.