Menulis sebuah karya tulis ilmiah di era digital seperti saat ini mengharuskan kita untuk lebih berhati-hati ketika mencantumkan sebuah pendapat. Baik itu pendapat diri kita sendiri maupun pendapat orang lain yang kita kutip pada tulisan kita. Di era yang serba mudah untuk mengambil dan meniru hasil karya orang lain menyebabkan banyaknya pelaku penyalahgunaan karya ilmiah atau sering disebut dengan istilah plagiarisme. Plagiarisme menyebabkan standardisasi dalam menulis karya ilmiah terus diperbaharui guna melindungi hak intelektual setiap penulis. Salah satu standar yang ditetapkan yakni dengan pemanfaatan alat pendeteksi similaritas kata-kata yang digunakan pada sebuah karya. Alat yang paling sering digunakan pada lingkungan akademik untuk mengecek tingkat kemiripan isi sebuah karya tulis ilmiah adalah Turnitin. Terus baca bagaimana cara parafrase di skripsi
Untuk dapat lolos pada saat pemindaian karya tulis di alat pengecek similaritas seperti Turnitin, modal utamanya adalah integritas dan orisinalitas karya tulis. Seorang penulis karya yang berintegritas, mencantumkan kredit nama orang lain yang dicatut pendapatnya menunjukkan integritas seorang penulis. Begitupun dengan orisinalitas, dimana hasil karya itu merupakan asli hasil pemikiran, gagasan, dan ide penulisnya sendiri. Kedua hal ini menjadi syarat utama lolos pindaian alat pengecek similaritas. Meski begitu, terkadang kekhawatiran selalu dirasakan oleh setiap penulis, terutama oleh para civitas akademika yang diharuskan lolos cek plagiarisme dengan standar rata-rata maksimal tingkat kemiripan 25%.
Berikut ini adalah cara parafrase untuk menghindari rasa khawatir tidak lolos cek plagiarisme di skripsi, meski sudah berintegritas dan orisinal.
1. Gaya Bahasa
Setiap penulis memiliki gaya bahasa tersendiri, maka ketika kita mengutip pendapat seseorang semaksimal mungkin gunakan gaya bahasa yang sering kita gunakan. Sampaikan dengan cara yang paling menunjukkan ciri khas kita saat menulis. Jika masih belum menemukan kekhasan kita, maka bisa disiasati dengan membayangkan situasi saat kita menceritakan kembali sebuah cerita kepada orang lain secara lisan. Ini sangat membantu dalam menemukan gaya bahasa kita saat menulis.
2. Baca dan tutup
Setelah membaca pendapat atau teori seseorang yang kita butuhkan dan akan kita cantumkan pada karya tulis kita, maka sebaiknya langkah baca dan tutup harus kita lakukan. Pertama, baca dengan seksama sampai kita paham pendapat tersebut, lalu setelah itu tutup dan jangan lihat kembali. Kita tulis kembali apa yang kita dapat dan pahami dari pendapat tersebut tanpa melihat kembali pada kalimat aslinya. Ini akan membantu kita memparafrase dengan lebih baik.
3. Aktif-pasif, pasif-aktif
Saat pendapat yang hendak kita kutip menggunakan pola kalimat aktif, maka kita dapat gunakan pola kalimat pasif. Begitupun sebaliknya, ketika pendapat yang hendak kita tulis kembali kalimatnya berpola kalimat pasif, maka dapat kita ubah menjadi kalimat aktif. Menguasai dasar-dasar bentuk kalimat menjadi modal besar untuk bisa melakukan parafrase dengan baik.
4. Perkaya perbendaharaan kata
Banyak membaca masih menjadi modal utama untuk segala hal yang berkaitan dengan karya tulis, terutama karya ilmiah. Jika ingin mengubah kalimat, mengubah kata, menulis ulang dengan gaya bahasa sendiri, maka memperkaya perbendaharaan kata adalah jawabannya. Memperkaya perbendaharaan kata tidak mesti dengan menghapal seluruh isi kamus beserta artinya. Dengan membaca literatur umum minimal 10 menit sehari itu sudah membantu kita memperbanyak perbendaharaan kita sedikit demi sedikit. Banyaknya padanan kata yang kita ketahui akan sangat memudahkan kita ketika kita melakukan parafrase.
5. Practice makes perfect
Tentunya, yang terakhir adalah berlatih. Tanpa berlatih cara parafrase maka kita pasti akan sulit terbiasa. Berlatih mulai dari yang sederhana seperti tulis ulang sebuah kalimat pada tajuk berita, atau beranjak pada tulis ulang dan parafrase paragraf berita yang kita baca di pagi hari. Maka, ketika kita menulis karya tulis ilmiah lalu harus memparafrase kalimat dan pendapat ilmiah, akan terasa sedikit menantang, namun pada akhirnya kita tetap bisa menaklukkannya.
Kelima hal di atas bisa kita coba praktikkan untuk memudahkan kita melakukan parafrase untuk ditulis pada skripsi atau karya tulis ilmiah lain yang kita tulis. Dengan begitu pula, diharapkan kita tetap menghargai hak intelektual para penulis yang lain, serta kita dapat bebas dari isu plagiarisme. Semoga bermanfaat!Informasi pendidikan dan pelatihan penelitian dapat diakses secara berkala pada laman web Ebizmark dan Instagram @.