Dalam melakukan penelitian, tidak lepas dengan validitas dan reliabilitas. Kedua istilah tersebut sangat sangat penting untuk keberhasilan sebuah penelitian karena menjadi sebuah penentu valid dan reliabel tidaknya penelitian yang dilakukan.
Lalu, sebenarnya apa uji validitas dan reliabilitas itu sehingga sangat penting dalam sebuah penelitian? Apa juga perbedaan diantara keduanya? Hingga seperti apa contohnya? Berikut penjelasannya!
Pengertian Validitas dan Reliabilitas
Berkaca pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), validitas merupakan sebuah sifat yang menunjukan kebenaran yang berdasarkan bahan bukti yang ada, landasan hukum dan logika berpikir. Sedangkan reliabilitas yaitu ketepatan dan ketelitian dalam menggunakan teknik uji coba atau pengukuran sehingga menghasilkan keterandalan.
Jadi secara singkat, validitas dan reliabilitas merupakan alat ukur dalam penelitian. Validitas menilai seberapa akurat alat ukur yang digunakan, sedangkan reliabilitas menilai seberapa konsisten alat ukur tersebut. Keakuratan yang diukur validitas meliputi hasil yang sesuai dengan karakteristik, sifat, dan variasi nyata. Metode kualitatif dan kuantitatif sering menggunakan alat ukur validitas. Keduanya mengacu kepada jumlah keadaan yang mau diukur atau seberapa jumlah informasi tidak ada kaitannya yang ikut pada hasil penelitian.
Sedangkan reliabilitas menilai konsistensi metode ukur, artinya apabila terdapat hasil yang serupa dapat dikatakan konsisten jika menggunakan metode atau cara yang serupa dalam kondisi yang sama. Hal tersebut barulah dapat dikatakan andal. Secara mudah, reliabilitas mampu mengulangi hasil tes dengan serupa. Reliabilitas dapat dikatakan koefesien apabila dapat mengukur seberapa baik uji yang diukur mampu mencapai apa yang diinginkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk uji reliabilitas, yaitu mengulang hasil tes untuk menghasilkan hasil serupa. Dalam hal ini ada yang namanya koefisien reliabilitas, yaitu Cohen’s Alpha, Cronbach’s Alpha, Formula Spearman Brown, Korelasi Pearson.
Eksistensi Validitas dan Reliabilitas
Eksistensi validitas dan reliabilitas sangat berhubungan diantara keduanya. Hal ini dapat dijelaskan berikut ini:
“Pengukuran yang andal, tidak selalu valid”
Artinya, hasil yang didapat dari pengukuran mungkin bisa diulang kembali, namun hasilnya belum tentu sah/benar.
“Pengukuran yang valid terkadang dapat diandalkan”
Artinya, apabila ada hasil uji yang memiliki hasil akurat, hasil uji tersebut wajib dapat diulang Kembali. Dengan kata lain, ketika sebuah ukuran memiliki reliabilitas tes ulang yang baik dan konsisten, maka peneliti harus meyakinkan bahwa nilai tes dapat mewakili apa yang diinginkan. Namun, apabila nilai tes lebih dari itu atau berbeda, maka suatu ukuran bisa sangat andal, tetapi tidak memiliki validitas.
Contoh kasus validitas dan reliabilitas adalah ada seseorang yang ingin mengukur kepintaran dengan panjang pendeknya jari telunjuk, lalu ia mengukur jarinya dan dibandingkan dengan jari orang lain. Dari contoh kasus tersebut alat ukur yang digunakan mempunyai reliabilitas yang sangat baik. Namun tidak menunjukkan validitas yang sah karena panjang telunjuk seseorang tidak ada kaitannya dengan kepintaran. Lalu, apa yang membedakan validitas dan reliabilitas?
Perbedaan Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas memiliki beberapa perbedaan, diantaranya validitas mengukur sejauh mana kebenaran sesuatu yang diukur, sedangkan reliabilitas mengukur sejauh mana hasil konsisten hasil yang diukur. Perbedaan selanjutnya, validitas dapat digunakan untuk mengetahui hasil, kesesuaian dan keabsahan teori yang digunakan, sedangkan reliabilitas dapat digunakan untuk mengetahui kekonsistenan hasil dalam waktu, tempat, peneliti dan di berbagai bagian uji itu sendiri. Lalu, bagaimana contoh validitas dan reliabilitas?
Contoh Validitas dan Reliabilitas
Contoh 1
Dalam kasus yang ada di klinik kesehatan, Dokter menggunakan kuesioner gejala untuk memberi diagnosa kepada pasien dengan kondisi medis dalam jangka panjang. Sedangkan, Dokter lainnya menggunakan kuesioner dan pasien yang sama. Namun, mendapat diagnose yang berbeda. Hal ini artinya kuesioner yang digunakan mempunyai reliabilitas rendah sebagai tolok ukur kondisi penyakit pasien. Tetapi, jika kuesioner tersebut memberikan hasil diagnosis yang andal atau sama saat dilakukan pada waktu berbeda dan dokter berbeda, maka hal tersebut menunjukkan kuesioner tersebut mempunyai validitas yang tinggi sebagai tolok ukur kondisi medis.
Perlu diketahui bahwa reliabilitas saja tidak cukup untuk memastikan validitas. Meskipun dapat diandalkan, tes tersebut mungkin saja tidak akurat dalam menjelaskan situasi sebenarnya.
Contoh 2
Dalam pembelajaran IPA Adi menguji sampel cairan untuk diketahui suhunya beberapa kali dalam kondisi yang sama. Termometer yang digunakan untuk alat ukur uji suhu menunjukkan suhu yang sama setiap pengujian, artinya hasil pengujian tersebut dapat dikatakan reliabel. Namun, apabila termometer menunjukan suhu yang berbeda dalam setiap kali uji dengan kondisi yang sama, maka termometer tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik, artinya pengukuran tersebut tidak valid.
Termometer yang digunakan untuk menguji sampel tersebut menunjukan hasil yang reliabel. Namun, apabila termometer belum terkalibrasi dengan benar, kemudian hasil yang didapat dua derajat lebih rendah dari nilai sebenarnya. Artinya, pengukuran tersebut tidak valid.
Demikian penjelasan lengkap mengenai arti, perbedaan, dan contoh validitas dan reliabilitas. Dengan memahami hal tersebut, penelitian yang dilakukan akan lebih valid dan reliabel. Semoga bermanfaat.
Ingin belajar lebih dalam tentang penelitian atau riset? dapatkan berbagai pelatihan gratis di ebizmark.id di kelas gratis. Ebizmark juga menyediakan pelatihan privite untuk perusahaan atau instansi untuk upgrade skill SDM di perusahaan atau instansi.
Ikuti juga kami di Instagram dan LinkedIn