Ketelitian teknis yang tampak dari kerapian bahasa dan struktur tulisan menjadi salah satu indikator kualitas sebuah karya tulis. Baik itu ilmiah maupun non ilmiah. Terlebih dalam penulisan ilmiah, proofreading merupakan langkah krusial yang tidak boleh diabaikan. Melalui langkah ini, penulis dapat meminimalisir kesalahan yang dapat menurunkan kualitas, kredibilitas, bahkan kepercayaan pembaca terhadap isi tulisan.
Meskipun terdengar sederhana, praktik proofreading membutuhkan langkah yang tepat dan ketelitian tinggi. Tidak cukup hanya membaca ulang secara cepat, namun juga perlu teknik yang sistematis agar setiap kesalahan, sekecil apa pun dapat terdeteksi. Berikut tujuh tips efektif yang dapat membantu proses proofreading agar hasil tulisan menjadi lebih baik:
1. Luangkan Waktu Khusus Setelah Menulis
Proofreading akan lebih efektif jika dilakukan setelah memberi jeda dari proses penulisan utama. Hal ini bertujuan untuk menyegarkan pikiran dan menghindari bias terhadap tulisan sendiri. Ketika proofreading dilakukan terlalu cepat setelah menulis, mata dan otak cenderung melewatkan kesalahan karena sudah terlalu familier dengan naskah tersebut.
Memberi jarak waktu satu atau dua hari sebelum melakukan proofreading dapat meningkatkan objektivitas. Penulis akan lebih mudah menemukan kekeliruan yang sebelumnya tidak disadari. Jeda waktu ini juga membantu dalam menilai apakah struktur dan alur tulisan sudah logis dan mudah dipahami oleh pembaca.
2. Cetak Naskah atau Ubah Format Tampilan
Membaca teks dalam format berbeda dari aslinya bisa membantu mendeteksi kesalahan yang biasanya terlewat. Salah satu caranya adalah mencetak naskah atau mengubah font dan ukuran tulisan.
Variasi tampilan tersebut memicu otak untuk melihat teks secara lebih teliti, seolah-olah sedang membaca tulisan orang lain. Teknik ini sering digunakan oleh editor profesional untuk meningkatkan akurasi dalam menemukan kesalahan. Jika mencetak tidak memungkinkan, ubah latar belakang layar atau gunakan mode baca khusus untuk mengurangi kelelahan mata saat proofreading.
Untuk lebih jelasnya, Simak Pengertian, Tujuan, dan Perbedaan Proofreading dengan Editing.
3. Fokus pada Satu Jenis Kesalahan Sekaligus
Proofreading akan lebih efisien jika dilakukan secara bertahap dengan fokus pada satu jenis kesalahan setiap kali membaca. Misalnya, bacaan pertama difokuskan untuk mengecek kesalahan ejaan, bacaan kedua untuk struktur kalimat, dan seterusnya.
Pendekatan ini membantu menghindari kelelahan mental dan meningkatkan ketelitian dalam menangkap kekeliruan kecil. Selain itu, fokus satu per satu memungkinkan penulis memahami pola kesalahan yang sering dilakukan. Dengan mengenali pola kesalahan, penulis dapat memperbaiki cara penulisannya secara jangka panjang.
4. Baca Keras atau Gunakan Pembaca Digital
Membaca teks dengan suara keras terbukti efektif untuk mendeteksi kalimat yang terdengar canggung atau tidak alami. Teknik ini juga berguna untuk menilai alur logika antarkalimat dan tanda baca.
Jika membaca keras tidak memungkinkan, gunakan teknologi pembaca digital (text-to-speech) yang dapat membantu mengenali kesalahan yang mungkin tidak terlihat secara visual. Pendengaran kerap menangkap inkonsistensi yang terlewat oleh mata. Proofreading berbasis suara menjadi metode yang efektif terutama bagi mereka yang terbiasa menulis dalam volume besar.
5. Gunakan Alat Bantu Proofreading
Teknologi seperti Grammarly, Hemingway Editor, atau fitur pengecekan otomatis di perangkat lunak pengolah kata dapat menjadi penolong awal. Meskipun tidak selalu akurat 100%, alat ini bisa mengidentifikasi kesalahan dasar dalam grammar, ejaan, dan struktur kalimat.
Penggunaan alat bantu sebaiknya tidak menjadi satu-satunya metode, melainkan pelengkap dari proses proofreading manual. Keputusan akhir tetap harus ditentukan oleh pemahaman penulis terhadap konteks tulisan. Alat bantu dapat mempercepat proses identifikasi, tetapi tetap membutuhkan sentuhan manusia untuk mengoreksi secara kritis.
6. Minta Bantuan Orang Lain
Melibatkan pembaca kedua sangat disarankan dalam proses proofreading, terutama untuk tulisan akademik yang kompleks. Orang lain memiliki perspektif berbeda dan bisa lebih objektif dalam menilai kesalahan atau kejanggalan teks.
Kolaborasi ini tidak hanya memperbaiki kualitas naskah, tetapi juga mengembangkan kemampuan menulis penulis itu sendiri melalui masukan yang diberikan. Pilih pembaca yang memiliki pemahaman terhadap topik tulisan agar hasilnya lebih maksimal. Bantuan dari teman sejawat atau dosen pembimbing sering kali menjadi penentu akhir dari layaknya sebuah naskah untuk diterbitkan.
7. Buat Daftar Kesalahan Umum
Menyusun daftar kesalahan yang sering terjadi merupakan investasi jangka panjang dalam peningkatan kualitas penulisan. Setiap kali melakukan proofreading, catat jenis kesalahan yang ditemukan dan ulangi evaluasi pada tulisan berikutnya.
Pendekatan ini mempercepat proses revisi karena penulis sudah tahu area yang rentan terhadap kesalahan. Selain itu, daftar ini dapat menjadi panduan pribadi agar tidak mengulang kesalahan serupa.
Dapatkan lebih banyak artikel, tips penelitian, dan informasi menarik lainnya di Instagram @ebizmark.id. Jangan lewatkan pula berbagai Kelas Gratis mengenai penelitian yang bisa diikuti hanya di Ebizmark.id!